Rabu, 13 April 2011

Dunia Lain

...dan tiba-tiba aku terbangun
...di kasur yang sama
...di kamar yang sama
...di rumah yang sama
...tapi di dunia yang berbeda

Dan aku tidak tahu ini dunia apa, ketika aku keluar rumah, mengamati lingkungan sekitar, semuanya tampak berbeda. Memori otak ini mungkin tidak mengenalinya, aku pun belum bisa mengakategorisasikan dunia ini dengan sebutan apa. Semuanya tampak berbeda, tidak seperti dunia yang kukenal dulu

Ramai? Iya, tapi bukan manusia (setahuku itu sebutan untuk makhluk dengan bentuk sepertiku). Bentuknya aneh, seperti terbuat dari logam. Warnanya bermacam2 tapi tampak seragam bagiku. Mereka bergerak tak seluwes bayanganku, kaku. Tapi dari suara yang kudengar, tampak mereka berbicara dalam bahasa yang sama denganku, tapi dengan suara yang seragam.

Aku menjejakkan kaki keluar rumah, aku heran kenapa tanah di depan rumah sudah tidak ada. Berganti dengan kaca bening dengan bayangan gelap dengan titik-titik cahaya di sana-sini. Rasanya dingin senyap di telapak kaki. Aku melangkah lebih jauh, tidak peduli dengan makhluk-makhuk aneh yang mengarahkan pandangannya padaku. Kalau mereka punya otak, mereka pasti akan berfikir kalau aku makhluk aneh dan asing. Aku melihat di sana sudah tidak ada jalan, tidak ada bangunan seperti rumahku, tidak ada kendaraan sepert di duniaku. Yang ada hanya makhluk-makhluk itu, berseliweran di atas kaca gelap dengan bintik-bintik cahaya.

Aku menengadahkan padangan ke atas, tidak ada matahari, yang ada hanya seperti lampu raksasa yang ada di mana-mana. Tidak tergantung atau menempel pada apapun, hanya melayang. Aku tak bisa mengamati lebih jauh apa yang ada di atasnya lagi, gelap. Aku mengamati sekitar, menjauhkan pandangan, tapi yang kutemui hanya makhluk-makhuk itu, dengan beberapa bangunan aneh.


Aku menuju ke bangunan terdekat, bentuknya aneh, seperti kubus di bagian bawah dan kerucut di bagian atas. Aku tidak menemukan semacam pintu, tapi aku bisa melihat makhluk-makhluk itu masuk lewat sebuah tangga yang anehnya seperti menuju ke bawah. Entah bagaimana caranya akhirnya aku bisa masuk juga.

Di sini lebih aneh lagi, makhluk-makhluk itu berkeliaran di sana-sini, tapi takkulihat ada yang berbicara satu sama lain, mereka seperti mengobrol sendiri. Tak ada gerombolan diantara mereka, semua serba individu. Mataku akhirnya menangkap sebuah bentuk seperti meja, dengan dudukan di sampingnya, kebetulan di sana aa salah satu dari makhluk itu sedang duduk sendiri. Kupikir aku bisa bertanya padanya.

Aku menghampirinya duduk di semacam kursi di sebelahnya. Kudengar dia berbicara, tapi tak tahu ada siapa. “hai” aku mencoba menyapa. Dia menoleh, kembali berbicara, seperti meminta berhenti sebentar dengan rekan bicaranya, dan kemudian dia membalas sapaanku. “hai manusia, sudah lama sekali tak melihat kaummu, kemana saja kalian?”

“Aku tak mengerti, memangnya ini dunia yang sama dengan bumi tempat orang sepertiku hidup?”

“hei, darimana jaman kapan kamu berasal? Tentu saja ini dunia yang sama dengan duniamu dulu, bukankah kalian sendiri yang menjadikannya seperti ini?”

“maksudnya? Aku tak mengerti. Ini jaman kapan, tahun berapa, abad berapa?” aku mencoba mengingat.

“Kami di sini tak mengenal tahun atau tanggal, semuanya berubah sejak lama. Kamu beruntung nak bertemu orang sepertiku yang tahu lebih banyak tetang sejarah tempat ini dibandingkan dengan cecunguk-cecunguk itu”

Dia berbicara dengan sangat lancar, tapi seperti tanpa ekspresi. “lalu, bisakah kau menceritakan semuanya?”

“Baklah, tapi aku juga heran ada manusia sepertimu yang tiba-tiba muncul dan bertanya padaku tentang itu”

“tak usah kau pikirkan, ceritakan saja”

“Baiklah. Kami, makhluk-makhluk yang kau lihat, adalah ciptaan kaummu. Masing-masing kami punya nama, tentu saja nama kami sama dengan pembei kami dulu. Mereka, emm kaummu maksudku, menyebut kami robot. Kamu sudah pernah menengar istilah itu bukan?”

Aku menggelengkan kepala. “Lanjutkan saja, tak usah bertanya, anggap saja aku tak mengerti apa-apa.”

“Baiklah. Kami, kaum robot diciptakan pada awalnya dari revolusi teknologi, mereka menyebutnya begitu. Aku tak tau tujuannya, tapi dari iklan-iklan promosi mereka, mereka menyebut-nyebut “meringankan beban”, “mempermudah”, “mengurangi resiko”, dan kata-kata sejenis yang tak bisa dimengerti oleh sistemku. Kami dibeli, dengan uang tentunya, dan kemudian ditanam gen sesuai dengan pembeli kami. Ngomong-ngomong gen ku adalah dari seorang Profesor, jadi jangan heran kalo pengetahuanku lebih banyak dari robot-robot lain.”

“Bagaimana kalian diciptakan? Dulu di duniaku yang berbentuk seprti kalian hanyalah patung atau ukiran dari kayu. Logam yang kami kenal hanya alat untuk memasak, dan alat untuk menanam tanaman.”

“aku memperkirakan kau berasal dari jaman jauh sebelum kami diciptakan. Bagaimana kau bisa sampai di sini?”

“sudah kubilang, jangan bertanya karena aku juga tak punya jawaban. Lanjutkan saja”

“Setahuku dulu kami bermula dari teknologi komputer. Bergerak ke bidang telekomunikasi. Kaum manusia seperti ketagihan dengan teknologi, hingga mereka sudah jarang berkumpul dan berbicara satu sama lain. Setidaknya itu yang diberitahu oleh tuanku.”

“Mungkin kau perlu tahu, tuanku adalah penentang kaum robot, dia membeliku dengan alasan mewariskan ilmunya, karena menurutnya manusia lain sudah tidak bisa dipercaya.”

“Lalu dimana kaumku sekarang?”

“Aku tak tahu, terakhir yang aku lihat adalah mereka bermigrasi ke suatu tempat. tapi mereka sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Kata tuanku, mereka sudah terlalu bergantung ada kami.”

“Apakah mereka semua mati?”

“Aku tidak tahu, tapi setahuku mereka sudah tidak peduli satu dengan yang lain. Kami menggantikan semua tugas mereka. Kata tuanku mereka sudah tidak tahu untuk hidup.”

“Di jamanku, kami setidaknya bekerja untuk mencari makan atau berbincang-bincang.”

“Kamu pikir sekarang mereka butuh makan? Teknologi sudah mengubah apa yang disebut sumber energi menjadi hal yang lebih sederhana, hanya butir-butir kecil ajaib, mereka memakannya, setahuku sekali atau dua kali dalam hitungan tahun mereka. Dan mereka tidak membutuhkan makanan.”

“Lalu, apa yang mereka kerjakan?”

“Tidak ada, mereka mungkin akan tidur, bangun, mendengarkan musik, atau buku yg dibacakan oleh robot, lalu pergi dengan kendaraan mereka. Mereka bahkan mungkin sudah lupa bagaimana caranya berjalan, makanya aku heran melihatmu.”

“Lalu kalian, apa yang kalian kerjakan sekarang?”

“Beberapa waktu yang lalu, sudah cukup lama, manusia membiarkan kami. Tuanku bilang kalau kami telah menguasai dunia kalian. Tapi itu tidak benar, kami diciptakan mereka, jadi mereka sendiri yang membuatnya seperti ini. Merak sudah jarang kelihatan, atau mungkin sistem pengendali sampah saudah mengenali mereka sebagi sampah dan membuangnya, bisa jadi demikian.”

“Jadi mereka sudah binasa?”

“Aku tak tahu, mereka sudah lama tak kelihatan. Kalaupun ada mereka sudah tak ada gunanya. Kami sudah mengerti tugas kami tanpa mereka perintah, jadi tak ada lagi yang mereka lakukan.”

“Hmm tampaknya memang sudah benar-benar punah”

“Mungkin, tapi mereka masih punya gen di setiap robot di sini, jadi kau bisa menyebut mereka sebagai pengganti kaummu.”

“Ah percuma, aku juga tak tahu gen itu seperti apa. Sudahlah, sepertinya sudah cukup penjelasanmu. Aku mau pulang saja ke rumahku. Setidaknya ada yang bisa kulakuan tanpa kalian.”

“Baik anak muda, semoga kita bisa bertemu lagi, jika kau bisa mengenaliku. Pintunya sama dengan kau masuk tadi. Sampai jumpa.”

Aku tak mengucapkan sepatah kata pun, melangkah saja di lantai kaca dingin itu menuju tempatku masuk tadi. Aku tak tahu apa yang aka kulakukan, hanya ingin kembali ke rumah saja.

Yogyakarta, 9-4-2011

0 komentar:


ShoutMix chat widget