Minggu, 02 Mei 2010

SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Minggu 2 Mei 2010, akhirnya saya mengikuti upacara bendera setelah hampir tiga tahun semenjak lulus dari SMA saya tidak pernah melakukannya. Ini upacara kedua saya sebagai mahasiswa selain upacara penerimaan mahasiswa baru di awal perkuliahan dulu, dan ini upacara pertama kali saya yang bertajuk memperingati hari pendidikan nasional.

Kebetulan saya datang terlambat, seperi halnya mahasiswa pada umumnya. Saya langsung diarahkan oleh rekan-rekan dari Pramuka untuk bergabung dengan barisan yang berisi anak muda memakai jas almamater. Itulah dresscode untuk mahasiswa. Sedikit, tak sampai 20 orang, dan saya langsung mengira bahwa barisan ini hanya untuk yang terlambat. Lambat laun, setelah mengamati sekeliling, dan bahkan sampai upacara dibubarkan, saya tidak menemukan peleton lain yang berisi mahasiswa. Berarti memang itu sudah semua mahasiswa yang hadir dalam peringatan hardiknas kali ini! Ironis memang, jika menilik dari undangan yang disebarkan ke masing-masing fakultas, setidaknya lebih dari 180an mahasiswa yang harusnya bisa hadir, akan tetapi tak sampai 1/4nya yang memenuhi undangan. Saya sempat mengelus dada ketika menyadari fenomena ini.

Kemudian saya berfikir, apakah mahasiswa sekarang sudah mulai dan semakin apatis? Apakah mahasiswa sekarang lupa akan hari mereka (karena tidak ada hari mahasiswa nasional)?

Tidak, mereka tidak begitu. Saya tetap berbaik sangka dengan menganggap mereka telah memperingatinya dengan bentuk yang lain. Saya yakin di saat yang sama banyak mahasiswa yang berkutat dengan tugas yang harus diselesaikan sehingga sampai membutuhkan waktu istirahat yang lebih di pagi hari. Saya yakin di saat yang sama banyak mahasiswa yang merasa kebutuhan mereka yang menunjang pendidikan sudah mulai menipis sehingga mereka harus berbelanja di Sunmor atau di tempat lain. Saya yakin banyak rekan-rekan mahasiswa yang terlalu letih berkuliah hingga perlu melakukan refresing dengan liburan agar mereka bisa lebih fresh saat berkuliah nanti. Saya yakin banyak dari teman-teman mahasiswa yang merasa kehilangan mata kuliah olahraga sehingga mereka lebih memiih untuk olahraga di minggu pagi yang cerah. Dan saya lebih yakin kalau rekan-rekan mahasiswa telah terpatri dalam benaknya bahwa setiap tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional, dan mereka memperingatinya dengan cara yang beragam. Ya, saya yakin itu, dan semoga keyakinan saya tidaklah salah.

Saya juga yakin bahwa rekan-rekan yang berkutat dengan dunia pendidikan tetap bangga dengan pendidikan di Indonesia. Saya yakin dalam setiap kritikan dan keprihatinan mereka terhadap pendidikan di Indonesia tersimpan kebanggaan mereka sebagai salah satu bagian dari proses pendidikan itu sendiri. Saya percaya mereka telah melakukan yang terbaik dan mempunyai solusi cerdas untuk mengatasi permasalahan pendidikan seperti yang ada dalam kritikan dan kegelisahan yang mereka sampaikan.

Siapa yang tidak bangga dengan Negara yang mampu meningkatkan anggaran pendidikan yang sudah sesuai dengan Undang-Undang?

Siapa yang tidak bangga dengan keberhasilan anak bangsa yang mengalahkan Negara adidaya dalam berbagai kompetisi olimpiade pendidikan tingkat internasional?

Siapa yang tidak bangga dengan Negara yang mampu meningkatkan standar kelulusan Ujian Nasional tiap tahunnya?

Siapa yang tidak bangga dengan Negara dimana banyak sekolahnya yang meluluskan 100% siswanya?

Siapa yang tidak bangga dengan Negara humanis yang mengijinkan adanya ujian ulang untuk siswa yang tidak lulus?

Siapa yang tidak bangga dengan penemuan-penemuan mutakhir yang hanya bisa dihasilkan oleh anak negeri?

Siapa yang tidak bangga dengan banyaknya anak pribumi yang belajar ke luar negeri untuk mengembangkan ilmunya?

Dan siapa yang tidak bangga dengan bangsa yang selalu memperingati hari pendidikan nasional tiap tahunnya?

Ya, kita patut berbangga dengan Negara ini, Negara yang selalu memperingati hari lahir seorang pahlawan pendidikan bangsa. Negara yang sangat banyak mengabadikan pesan-pesan dari pahlawan tersebut dalam ukiran-ukiran di atas batu agar semua bisa melihat dan mengingatnya. Negara yang bisa menyesuaikan keadaan bangsa sehingga bisa fleksibel mengubah kurikulum pendidikannya. Negara yang sangat menghargai jasa para guru sehingga menambah penghasilan mereka melalui dana APBN yang diperuntukkan untuk pendidikan tentunya. Negara yang sangat percaya dengan keahlian tenaga pendidik sehingga merasa cukup hanya seorang guru untuk menangani ratusan murid. Negara yang berbaik hati menerapkan prinsip kesederhanaan pada calon penerus bangsa, sehingga sekolah tidak melulu harus berada di tempat yang layak. Negara yang sangat percaya dengan kemampuan siswa untuk belajar dari lingkungan sekitarnya sehingga mereka tidak perlu yang namanya buku pelajaran. Negara humanis yang memberikan kebebasan kepada para siswa untuk belajar di luar sekolah bahkan ketika jam sekolah masih berlangsung. Negara yang mengajarkan arti kehidupan kepada anak bangsa, sehingga mereka bisa bebas mencoba hal-hal yang baru dan asing bagi mereka. Kurang baik apalagi bangsa ini?

Bukankah kita semua tahu bahwa banyak sekali anak bangsa yang diingatkan untuk membantu orangtua mereka di rumah? Sehingga mereka diarahkan untuk menunda melanjutkan pendidikan demi meringankan beban orang tua yang kesulitan ekonomi? Sungguh mulia sekali. Bukankah Negara ini mengajarkan pada kita prinsip keadilan ekonomi? Siapa yang lebih banyak membayar tentu mendapatkan hak yang lebih banyak. Bukankah Negara kita menginginkan calon penerus bangsa menjadi orang yang sangat hebat? Sehingga banyak sekali kompetensi yang harus mereka kuasai, bahkan sampai pada hal-hal yang bukan merupakan pilihan mereka. Dengan kompetensi sebanyak itu, tentu mereka akan menjadi orang yang hebat bukan?

Kembali pada topik di awal, selesai upacara, saya diajak untuk makan-makan dengan para civitas akademika fakultas. Lumayan untuk mengisi perut yang kosong, sambil duduk dan menyantap makanan, saya melihat ramainya jalan di minggu pagi itu. Saya pun langsung membayangkan banyak hal. Betapa indahnya jika anak-anak muda bermobil itu mau mengajak makan anak-anak yang meminta uang pada mereka. Betapa bahagianya jika bapak-bapak berkacamata hitam yang barusan keluar dari mobil mau membiayai biaya pengobatan anak tukang parkir yang katanya sedang sakit keras. Betapa arifnya jika sebagian kecil uang yang dikeluarkan dalam transaksi di minggu pagi itu disumbangkan untuk anak-anak yatim. Ah, saya hanya membayangkan. Tapi semoga suatu saat itu semua itu bisa terwujud di negeri ini. Negeri yang dengan bangganya memperingati hari pendidikan nasional. Negeri yang dengan senyum lebar mengucapkan.. SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL.

0 komentar:


ShoutMix chat widget