Rabu, 27 April 2011

CSR dan Psikologi

Corporate social responsibility (CSR) menjadi bagian yang tak terpisahkan dari industry bisnis akhir-akhir ini. Dilambungkannya konsep pembangunan berkelanjutan memantapkan posisi CSR sebagai salah satu bagian terintegrasi dalam rancangan pembangunan masyarakat (community development). Konsep ini mengakibatkan perusahaan menjadi agen utama dalam pembangunan masyarakat (dan mereka harus bersyukur akan hal tersebut). Akan tetapi, masih banyak stakeholder yang masih ragu akan status perusahaan sebagai agen utama alam pembangunan masyarakat ini.

Kenapa?

Kepercayaan menjadi factor utama dalam konsep CSR. Prinsip "social responsible" memegang amanah tanggung jawab yang besar, dan otomatis wajib mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Sebuah tanggung jawab social tidak akan diakui jika memang tidak ada kepercayaan oleh masyarakat. Prinsip kepercayaan ini kemudian menjadi factor utama pendorong kegiatan CSR. Perusahaan akan melakukan segala macam upaya untuk menumbuhkan kepercayaan dari masyarakat terkait dengan kegiatan social yang mereka lakukan. Masyarkaat sendiri akan menilai apakah perusahaan memang ikhlas melakukan kegiatan social atau semata-mata hanya mencoba mengambil simpati dari mereka saja.

CSR dan Reputasi

Reputasi adalah sekumpulan citra, dan citra diciptakan oleh persepsi-persepsi individu terhadap sesuatu hal yang mereka nilai. Karena reputasi adalah salah satu alat utama untuk menumbuhkan kepercayaan, maka perusahaan menaruh perhatian utama terhadap hal ini. Perusahaan yang sebelumnya telah memiliki persepsi positif dari masyarakat (atau setidaknya tidak dipersepsikan negative) mendapatkan starting position yang lebih nyaman. Kegiatan social yang mereka lakukan mungkin sejelek-jeleknya akan dianggap hanya untuk memperkuat branding dari perusahaan tersebut. Sementara perusahaan yang mendapatkan reputasi negative dari masyarakat (seperti rokok, tambang, senjata) akan memiliki kendala yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang bereputasi positif. Mereka akan dianggap dari dua sisi, pertama, kegiatan social yang mereka lakukan dianggap hanya sebagai kegiatan penebusan dosa terhadap aktivitas yang mereka lakukan terhadap masayarakat. Kedua, kegiatan social yang mereka lakukan benar-benar merupakan sebuah kepedulain terhadap kondisi lingkungan dan masyarakat di tempat dimana mereka beroperasi. Anggapan yang masih negative tersebut membuat kegiatan CSR yang mereka lakukan mendapat siokongan dana yang cukup besar, penyampaiannya pun menjadi lebih dari sekedar apa yang dicantumkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Kembali lagi pada prinsip sustainability development, kepercayaan masyarakat terhadap kegiatan CSR perusahaan saat ini belum diketahui tingkatnya, beberapa penelitian memang menyebutkan jika mayoritas masyarakat awam percaya bahawa kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan murni kegiatan social untuk membantu mereka. Akan tetapi beberapa pakar CSR masih meyankini bahwa kegiatan CSR dari perusahaan-perusahaan harmful industries masih diragukan kinerjanya (Globescan 2007 memberi indeks negative untuk kinerja CSR perusahaan rokok, tambang, serta senjata). Keraguan dari para praktisi ini mungkin lebiahdidasrkan pada pemahaman mereka yang menganggap bisnis tetaplah bisnis, sehingga kegiatan social sekalipun akan tetap dianggap sebagi bagian dari proses mencari keuntungan financial.

CSR dalam pandangan Psikologi

CSR merupakan praktik bisnis, dan hal itu tidak dapat dipungkiri, konsep sustainability development merupakan rumusan dari kesadaran akan potensi keuntungan yang bisa diraih dari prinsip kepercayaan atau reputasi. Hal ini kemudian menjadi sebuah dinamika psikologis tersendiri di kalngan masyarakat. Di satu sisi mereka menadapatkan keuntungan dari kegiatan social yang dilakukan oleh masyarakat. Akan tetapi di sisi lain kegiatan social ini secara tidak langsung akan menarik persepsi masyarakat pada persepsi perusahaan tersebut sangat baik dari segi social sehingga produk mereka pun menajdi layak dan dapat diandalkan. Anggapan promosi terselubung inilah yang sering menjadi sumber keraguan akan ketulusan program sosial ini.

Prinsip kepercayaan merupakan konstrak psikologis yang mendasar. Kepercayaan menjadi landasan dalam bersikap dan memberikan penilaian. Aspek psikologis inilah yang berpengaruh dalam konteks CSR. Perusahaan sendiri sangat menaruh perhatian dalam hal kepercayaan masyarakat. Oelh karena itu sebisa mungkin kegiatan CSR yang mereka lakukan akan memberuikan kenyamanan psikologis terhadap masayrakat, seingga tidak akan lagi timbul keraguan akan ketulusan perusahaan dalam melaksanakan kegiatan tanggug jawab social.

1 komentar:

Septarina mengatakan...

Wahaha. anw aku baru tau ini blog mu...hahaha. btw, kalo kamu interest di CSR, ada buku bagus yang wajib kamu baca loh, judulnya Era Bisnis Ramah Lingkungan (John E. Kennedy). menurutku sih bagus :p


ShoutMix chat widget