Minggu, 18 April 2010

Pelangi Malam Hari

Ketika itu, seperti biasanya, seperti petang-petang yang lain, lelaki itu beranjak pulang dari kelelahannya. Lang;ahnya gontai dan malas. Hampir setiap hari dia capek, fisik, dan mungkin pikiran yang sangat mungkin dia rasakan. Dia melangkah perlahan, menembus beberapa pintu, hinggu pintu terakhir di gedung itu. Sepi

Tidak seperti petang yang lain, kali ini dia menemui sosok tubuh wanita. Dud;k termenung sendiri, menengadah menatap langit yang telah menggelap. Didekatinya wanita itu, sepertinya sosoknya tak asing buatnya, ruang kosong di samping wanita itupun ditempatinya.

Dia mengamati sejenak sosok disampignya, wanita dengan wajah yang teduh, bibir yang terkatup penuh harap, dengan mata bulat yang indah. Hanya wajahnya yang terlihat, sebab sebagian besar tubuhnya tertutup kain yang indah dan lembut, dengan pemanis berupa bunga kecil di bawah lehernya. Cantik, wanita yang selama ini dipujanya, tapi tak kuasa diungkapkan olehnya.

Apa yang kamu tunggu?” tanyanya kepada wanita disampingnya.

Wanita itu hanya te;senyum. Tampak dia sudah menyadari kedatangan orang di sampingnya, tanpa menoleh sedikitpun.

Lelaki itu tampak tidak me;gerti, diposisikannya dirinya sama dengan wanita di sampingnya.

Aku tetap tak mengerti. Apakah ada sesuatu yang menar;k di atas sana?”.

Tetapi wanit; itu tetap diam, dan kemudian tersenyum. Sedetik kemudian dia menoleh pada sosok disampingnya,

Aku menunggu pelangi.”tukasnya singkat

Pelangi? Di langit yang petang itu??” lela;i itu semakin tidak mengerti. Diam;tinya lagi langit di atas kepalanya, dan digeleng-gelengkan lagi kepalanya.

Aku tahu kamu tidak akan percaya, tapi pelangi itu akan ada.” Wanita itu seakan tahu apa yang dipiki;kan oleh lelaki di sampingnya.

Kamu gak pulang, bukannya kamu juga capek seharian beraktivitas?” lelaki itu sepertiya mencoba mengalihkan kebingungannya. Wani;a itu hanya menggeleng. “Hmmhh.. ya sudahlah, lanjutkan saja menunggu pelanginya, aku capek, pulang dulu ya.”

Ucapan itu tak disambut lagi oleh wanita itu, d;a masih tetap menatap ke atas langit, yang semakin menggelap.

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Keesokan harinya lela;i itu melihat hal yang sama, esoknya lagi, dan esoknya lagi. Setiap kali lelaki tersebut juga melakukan hal yang sama, menem;ninya, menanyainya, dan tetap dijumpai jawaban yang sama. Tentang pelangi, tentang malam, tentang gelapnya langit.

Pelangi di tengah gelapnya malam, ah mana mungkin” ujarnya suatu ketika. “Perasaan aku tiap hari menghampirimu di sini, bersama-sama menunggu, tapi tak pernah ada yang namanya pelangi, dan sepertinya itu tak mungkin!”.

Wanita itu menyeringat, melihat kepadanya, tatapan yang berbeda, lalu tiba-tiba pergi, berlari.

Lelaki itu takut, takut akan rasa bersalah, takut akan kehilangan sosok yang dipujanya, kehilangan respek, dan yang paling ditakutinya, kehilangan kesempatan untuk memilikinya.

ahh..siaaalll.. kenapa diriku bodoh sekali!!” di kejarnya ;anita pujaannya itu, tetapi tampaknya dia telah berlalu, menghilang di salah satu ruang itu, berkerumun dengan temannya, atau meringkuk sendiri di sudut ruang. Tetapi lelaki itu terlalu takut, tak kuasa menemuinya, takut akan rasa bersalahnya, hingga akhirnya dia berlalu dengan langk;hnya yang gontai, dan lebih gontai lagi.

Keesokan harinya, dia tak menemui lagi sosok itu di tempat itu, menatap langit, sendiri, menanti pelangi,dan seakan menyediakan ruang kosong di sampingnya yang selalu menjadi tempa; favorit bagi lelaki pemujanya. Lelaki itu berjalan mendejati tempat itu, duduk di sana, melakukan hal yang sama dengan yang selama ini dilakukan oleh wanita itu, mencoba memahami apa yang dia rasakan. Diulanginya keesokan harinya, esok har;nya, dan esoknya lagi.

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Hampir lima hari dia melakukan hal yang sama, tetapi dia tetap tidak memahami dan menemukan sesuatu. Tak jua menemukan pelangi walaupun dia sudah mengorbankan banyak waktu untuk menunggunya, bahkan wanita yang ditunggunya dan diharapkan datang pun tak jua muncul.

Apa yang kamu tunggu?” sebuah suara lirih menggugahnya dari ketidakmengertian. Dia menoleh, dipandanginya sosok yang bertanya padanya, sosok yang selama ini dia nantikan.

Sama sepertimu, pelangi di gelapnya malam” jawabnya.

Apa kamu berhasil menemukannya?” Tanya wanita itu lagi sembari duduk di sampingnya.

Lelaki itu menggeleng, tetapi tampaik dari wajahnya dia cukup gembira dengan kehadiran wanita di sampingnya.

Dan aku masih tetap tidak mengerti dan tidak percaya.

Tentang pelangi di malam hari?” Tanya wanita itu seakan menangkap maksud sang lelaki.

Lelaki itu mengangguk.

Wanita itu tersenyum, kemudian memposisikan sama dengan lelaki di sampingnya.

Memang tidak ada.”

Mendengarnya, lelaki itu pun menoleh pada wanita itu dengan tatapan bingung. Sang wanita pun membalas tatapan itu dengan senyuman manis.

Memang tidak ada, tapi aku menginginkan seseorang melukiskannya untukku”ujar wanita itu.

Pelangi, di gelapnya malam?” Tanya lelaki itu. Wanita itu mengangguk.

Keduanya bertatapan, lama, tersungging senyum diantaranya keduanya, tampak kedua pasang mata itu sudah saling mengerti. Ada pancaran berbinar di keduanya. Lama, kemudian lelaki itu berkata pada sosok yang ditatapnya, “Jikalau harus melukiskan pelangi di gelapnya malam, untukmu, apapun akan aku lakukan.

Elessar, 18 April 2010, 23:55

0 komentar:


ShoutMix chat widget