Rumput liar itu, menyembul dibalik pagar kawat ditepi jalan. Usianya masih muda, belum genap seminggu ia meramaikan hijaunya ilalang di pekarangan sebuah kawasan rumah susun. Batangnya tipis melengkung menjorok ke tepi jalan seolah menatap ke arah warung makan di seberang jalan. Di sanalah ia menjadi saksi bisu, saksi cerita tentang kehidupan yang seolah tak pernah berhenti bergejolak.
Rumput liar sebagai saksi, sebuah kisah perjalanan kehidupan pemuda yang penuh harapan. Harapan tentang cinta, tentang pengorbanan, semangat, sekaligus haru kehidupannya. Saksi dari sebagian kecil perjalanan hidupnya yang penuh makna.
Rumput liar itulah yang menjadi saksi, betapa bahagia pemuda itu ketika dia bersama pujaan hatinya. Menyaratkan makna, bercanda ria, seolah tak peduli keberadaannya di seberang jalan sana. Dan memang keberadaannya tak pernah disadari, tapi rumput liar itu tetap setia menjadi saksi, kisah awal yang bahagia.
Lama sudah rumput liar itu tumbuh, kehidupannya sebagai saksi hidup perjalanan cinta pemuda itu pun berkembang. Banyak ia melihat tawa, kadang ia melihat kesedihan di raut wajah pemuda itu. Banyak didengarnya tawa lantang pemuda itu di tengah kerumunan teman-temannya. Tak jarang juga ia mendengar cacian penuh kekesalan yang terlontar dari mulutnya.
Suatu malam ketika rumput liar akan terlelap dalam heningnya malam, ia melihat pemuda itu bersama wanita yang dipujanya. Rumput itu mencoba mengerti apa yang diucapkan oleh keduanya walaupun terpisah bermeter jauhnya. Tampak wajah hening dan haru, seolah memendungkan malam yang cerah itu. Tidak tampak tawa yang biasa ia dengar, tidak juga ada raut keceriaan terpancar dari keduanya. Mungkin rumput itu tak pernah tahu apa yang terucap dari mulut keduanya, tapi yang jelas malam itu ditutup dengan sebuah perpisahan, perpisahan yang mengubah segalanya, yang bagi rumput liar itu, sangatlah tiba-tiba.
Tidak lagi dijumpainya tawa lepas pemuda itu, wajahnya lebih sering terlihat tertunduk, menatap kosong. Rumput itu tahu terkadang ia menatap ke arahnya, tapi tidak dengan pikirannya. Banyak teman disampingnya, kadang ia bisa tertawa, tapi itu hanya sementara. Mungkin hanya rumput itulah yang mengerti, bagaimana rapuhnya pemuda itu. Tapi rumput itu hanya bisa terdiam, mencoba mengilhami kisah pemuda itu dan menunggu hidupnya bergulir.
Rumput itu terus tumbuh dan menua, sesekali dalam harinya ia dikejutkan dengan kedatangan pemuda itu bersama sang pujaan. Tapi semua tak seperti dulu, walaupun ia melihat lebih banyak raut kegembiraan, tapi tak setulus dulu. Ada beban yang mengganjal di hatinya, yang mungkin hanya rumput liar itu yang sanggup memahaminya. Dan seperti biasa malam itu ditutup dengan perpisahan yang mengharukan.
Lama sudah rumput liar itu tak melihat sang pujaan, hanya pemuda itu yang sering dijumpainya. Mungkin hanya rumput liar itu yang mengerti keadaannya, mungkin hanya rumput liar itu yang bisa menangkap janjinya, janji untuk selalu setia dan menjaganya. Janji untuk mendatangkan kebahagiaan dalam kehidupannya, janji yang terus diyakinkan dalam hati pemuda itu, hingga ia tak pernah berhenti untuk berusaha, walaupun rumput itu tahu, betapa berat dan banyak rintangan yang menghalanginya.
Rumput liar itu sudah menguning, diterpa panasnya hari dan diselimuti dinginnya malam. Disapa derasnya hujan dan teriknya matahari. Tapi rumput liar itu telah mengikrarkan janji, seperti janji pemuda itu dalam hatinya, janji tulus untuk tidak akan mati sebelum melihat pemuda itu berbahagia, kebahagiaan tulus yang selama ini didambakannya, kebahagian yang ingin dibaginya bersama sang pujaan, yang selama ini tetap setia dinantinya.
Rumput itu semakin mengering, ia tahu akhir kisah hidupnya sudah dekat. Kawan-kawannya lebih dulu meninggalkannya. Meninggalkan rumput itu sendiri menanti janji yang menurutnya pasti akan terwujud. Janji tulus untuk sang pemuda yang tegar, menghadapi tiap rintangan dan cobaan, demi memperjuangkan cintanya, cinta yang didambanya, yang akan selalu dijaganya sepenuh jiwa. Rumput itu pun semakin menua, tubuhnya tak lagi kuat menanggung beban, ia jatuh di tanah beraspal di tepi jalan, tinggal menunggu waktu untuknya mengakhiri kisahnya di dunia ini. Namun janjinya belum terpenuhi, janji yang selalu membuatnya terjaga untuk menemani sang pemuda, walaupun ia tak pernah menyadarinya.
Ketika rumput itu seolah tak sanggup lagi bertahan, dilihatnya pemuda itu datang, bersama sang pujaan. Rumput liar itu melihat sesuatu yang berbeda, sesuatu yang tak pernah dilihatnya selama ini. Sesuatu yang hanya dia lihat di awal kehidupannya, sebuah kebahagiaan tulus yang terpancar dari wajah pemuda itu. Terlihat keceriaan di mata keduanya, terlihat tatapan penuh kebahagiaan yang menyejukkan sore itu. Keduanya tampak berseri, sambil berikrar satu sama lain. ikrar untuk saling setia dan menjaga, ikrar untuk saling mengisi dan berbagi, ikrar untuk berbahagia bersama, setelah semua kisah yang telah mereka lalui. Rumput itu pun terlihat senang, janjinya sudah terwujud, tak ada lagi beban dalam hatinya, kini ia sudah bisa mengakhiri kisahnya sebagai saksi, saksi senja yang kini tak diakhiri dengan perpisahan, tapi kebersamaan yang indah mengiringi tenggelamnya sang surya, melepas kepergian sang rumput liar itu meninggalkan dunia.


0 komentar:
Posting Komentar